Minggu, 25 Maret 2012

Pengabdian Masyarakat, Pergerakan Konkret Mahasiswa


Sudah sejak duduk di bangku Sekolah Dasar saya bercita-cita melanjutkan pendidikan tinggi saya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS) Surabaya. Tidak mudah memang untuk masuk di ITS. Pernah tidak diterima ketika mendaftar PMDK pada saat itu, tidak menyurutkan keinginanku untuk dapat melanjutkan pendidikan tinggi saya di kampus perjuangan ini. Usaha serta keyakinan untuk menjadi bagian dari kampus perjuagan ini tidaklah kecil. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti jalur SNMPTN dengan persaingan memperebutkan bangku kuliah yang luar biasa ketat. Setelah beberapa bulan kemudian, akhirnya pengumuman penerimaan mahasiswa baru ITS diumumkan dan Alhamdulillah ada nama saya disana. Perasaan bahagia bercampur haru menyelimuti hati saat itu. Kedua orang tua juga sangat bahagia melihatku saat itu, pelukan dan pujian rasa syukur kepada Tuhan terus terucap. Dan sejak saat itu saya bertekad untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang luar biasa itu untuk melakukan yang terbaik.

Sekarang sudah hampir dua tahun saya menjadi anggota dari Keluarga Mahasiswa ITS. Saat ini saya aktif menjadi staff Departemen Sosial Masyarakat Himpunan Mahasiswa Teknik Kelautan (Himatekla) periode 2011-2012. Ada beberapa alasan yang membuat saya menjadikan Departemen Sosial Masyarakat ini sebagai pilihan utama saya saat open recruitment pengurus baru Himatekla 2011-2012. Pertama, saya sangat tertarik dengan salah satu tri dharma pendidikan di Indonesia yaitu pengabdian. Pikiran saya terbuka saat pertama kali membaca masalah tri dharma pendidikan terlebih pada kalimat terakhir yaitu pengabdian terhadap masyarakat. Saya lalu sadar, ternyata tugas mahasiswa bukan hanya belajar, belajar, dan belajar. Ada hal yang menurut saya sama pentingnya dengan belajar yaitu pengabdian. Saya bertambah sadar ketika mengikuti GERIGI (Gerakan Integralistik ITS) pada saat menjadi mahasiswa baru ITS. Saat itu saya mendapatkan materi tentang peran fungsi mahasiswa serta wawasan kemahasiswaan. Disana saya mengambil kesimpulan bahwa pengabdian kepada masyarakat merupakan tindakan yang paling nyata dari semua pergerakan yang dilakukan mahasiswa. Apalagi saat ini saya berkuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang berlabel Negeri (dikelola oleh pemerintah). Uang SPP yang kita bayarkan tidak akan mencukupi untuk biaya keseluruhan pendidikan yang kita dapatkan. Dana subsisdi pendidikan yang di gelontorkan oleh pemerintah pusat melalui APBN hingga saat ini sudah 20 % dari anggaran belanja Negara. Dana yang luar biasa besar. Ada uang pajak tukang becak disana, ada uang pajak fakir miskin disana, ada uang pajak masyarakat disana. Maka dari itu menurut saya pengabdian masyarakat merupakan tindakan nyata kita untuk paling tidak “berbalas budi” kepada masyarakat. Alasan yang kedua yaitu nasihat dari orang tua saya yaitu jadilah orang yang paling bermanfaat bagi banyak orang. Menurut saya sudah jelas kalimat itu. Ada kata “bermanfaat” disana yang dapat diartikan membantu dan menolong sesama. Dalam ajaran agama Islam, Nabi Muhammad pernah bersbda bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.


Dalam departemen sosial masyarakat Himatekla ini ada beberapa program kerja yaitu Sekolah Rakyat Himatekla, Gerakan 1000 buku, Himatekla Tanggap Bencana, dan lain sebagainya. Saya bertanggung jawab atas program kerja Himatekla tanggap bencana. Suatu program kerja yang memang saya ingin belajar didalamnya. Berawal dari musibah kebakaran di Keputih pada tanggal 23 Agustus 2011, saat itu merupakan pengalaman pertama kali saya terjun langsung ke lapangan. Kebetulan saat itu merupakan saat liburan semester. Saat itu kami langsung berkoordinasi dengan BEM ITS untuk melakukan pendataan awal dengan sumber daya manusia yang terbatas. Tidak hanya melakukan pendataan awal korban kebakaran saja, saat itu kami juga berusaha melakukan penggalangan dana untuk memenuhi kebutuhan pengungsi yang sebagian besar berprofesi sebagai pemulung barang bekas serta melakukan distribusi bantuan kepada para pengungsi korban kebakaran saat itu. Kami berada di pos bantuan kebakaran keputih hingga sebagian besar korban tersebut dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing karena kebanyakan mereka adalah pendatang.


Pengalaman selanjutnya yaitu saat terjadi kebakaran di mulyosari. Kebanyakan korban kebakaran adalah pendatang dari luar kota Srabaya dan berprofesi sebagai pemulung. Belajar dari pengalaman Musibah Kebakaran di Keputih kemarin. Kali ini koordinasi Kementerian Sosial Masyarakat BEM ITS dengan elemen KM ITS lain lebih baik. Pembagian kerja yang jelas mempercepat penanganan yang dilakukan untuk korban kebakaraan saat itu. Saat itu kami bersama teman-teman mendapat bagian trauma healing bagi korban kebakaran, khususnya korban kebakaran anak-anak. Suatu pengalaman yang mungkin tidak akan pernah saya lupakan yaitu saat kami bercengkrama dengan adik-adik korban kebakaran yang tidak terlihat sedih. Kami selalu mencoba menghibur adik-adik saat itu dengan mengadakan layar tancap (nonton film bersama). Terlihat raut wajah adik-adik yang senang melihat film yang kami putar. Bercanda seola-olah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Hal yang membuat saya belajar untuk selalu optimis saat menghadapi segala macam rintangan.


Masih banyak adik-adik kita yang tidak seberuntung kita dulu. Mereka kesulitan dalam belajar, buku-buku bacaan dan buku-buku pelajaran yang terbatas, serta kurangnya pelajaran moral dan etika berkehidupan masyarakat. Hal ini yang membuat kami Departemen Sosial Masyarakat Himatekla ITS berinisiatif membuat program kerja Sekolah Rakyat dan Gerakan 1000 buku. Ikut bergabung dengan tim Sekolah Rakyat dan menjadi tentor mengajar adik-adik di Kalisari, Mulyosari merupakan pengalaman pertama saya menjadi “pengajar”. Menularkan ilmu yang kita miliki untuk adik-adik di Sekolah Rakyat ini sungguh pengalaman yang luar biasa. Apalagi antusias adik-adik disana yang cukup besar. Kami paksa mereka membangunkan mimpi-mimpi mereka yang mungkin sebelumnya tertidur, kami paksa mereka percaya diri dan yakin bahwa impian itu pastii bisa diraih. Pelajaran yang sangat luar biasa.

Pengabdian kepada masyarakat merupakan tindakan nyata yang Insya Allah sampai saat ini dan seterusnya akan saya perjuangkan. Karena menurut saya, pengabdian masyarakatlah tindakan yang paling nyata dari segala pergerakan mahasiswa yang ada sampai saat ini. Semoga pergerakan saya dapat menghadirkan ITS di lingkungan masyarakat. Saya yakin pasti masih banyak rakyat diluar sana yang membutuhkan tindakan nyata kita. Mereka tidak butuh hanya ucapan, yang mereka butuhkan adalah aksi nyata dari kita sebagai Mahasiswa sang Pengabdi Masyarakat. VIVAT!!

Pelaksanaan Mubes IV KM ITS dan Beberapa Permasalahan Mendasarnya



Musyawarah Besar Mahasiswa ITS yang selanjutnya disebut Mubes ITS merupakan forum musyawarah tertinggi wakil-wakil lembaga dalam lingkup Keluarga Mahasiswa ITS (KDKM ITS Hasil Mubes IV, bab X, pasal 52). Mubes ITS dilaksanakan apabila Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa ITS (KDKM ITS) sudah tidak lagi relevan dengan dinamika kemahasiswaan yang berkembang. KDKM ITS sendiri merupakan landasan hukum tertinggi pergerakan kemahasiswaan dalam segala aspek kehidupan Keluarga Mahasiswa ITS. Seperti halnya dengan perundang-undangan di Indonesia, apabila dinilai sudah tidak lagi relevan dengan masyarakat atau lembaga-lembaga lain maka perlu dilakukan revisi undang-undang. 
 

Sudah hampir enam bulan ini Keluarga Mahasiswa ITS (KM ITS) menggunakan Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa (KDKM) hasil dari Musyawarah Besar (Mubes) IV KM ITS yang digadang-gadang akan lebih relevan dari Mubes sebelumnya (Mubes III) terhadap dinamika kemahasiswaan di ITS. Harapan akan terwujudnya Keluarga Mahasiswa ITS yang lebih baik dari sebelumnya menjadikan energi yang luar biasa besar dalam pelaksanaan Mubes IV kemarin. Meskipun ada beberapa hal dari hasil Mubes III yang memang sudah tidak lagi relevan terhadap dinamika kemahasiswaaan saat ini, sehingga perlu adanya revisi atau penyesuaian Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa ITS (KDKM ITS).

Ada beberapa permasalahan yang mengiringi pelaksanaan Mubes IV KM. Baik permasalahan sebelum pelaksanaan, permasalahan saat pelaksanaan, maupun permasalahan setelah pelaksanaan Mubes IV.

Permasalahan pertama yang menarik perhatian adalah masalah pelaksanaan Mubes IV yang dijadwalkan akan dilaksanakan pada bulan April ternyata mundur sampai bulan Juni. Salah satu faktornya yaitu tim Ad Hoc yang masih belum bergerak pada waktu yang telah disepakati sehingga pelaksanaan Mubes IV juga molor hingga dua bulan dari jadwal yang sebelumnya telah ditentukan. Hal ini merupakan permasalahan awal yang mengiringi pelaksanaan mubes IV. Tim Ad Hoc sendiri merupakan sekumpulan mahasiswa yang merumuskan dan menetapkan peraturan-peraturan baru yang sesuai dengan dinamika kemahasiswaan Keluarga Mahasiswa ITS saat ini. Anggota Tim Ad Hoc tidak merumuskan sendiri. Mereka juga meminta pendapat atau menjaring aspirasi dari KM ITS.


Permasalahan kedua saat pelaksanaan Mubes IV yaitu pembiayaan pelaksanaan Mubes IV sendiri. Mubes IV merupakan acara yang besar dan sangat tidak mungkin apabila tidak mengeluarkan sepeser pun rupiah dalam pelaksanaannya. Asumsi awal, apabila peserta Mubes IV sendiri kurang lebih 150 orang dan pelaksanaan Mubes IV sendiri dilaksanakan selama lima hari di Tretes, Mojokerto, bukan tidak mungkin akan membutuhkan biaya yang cukup besar. Dari mana dana pelaksanaan Mubes IV? Perlu adanya transparansi anggaran dana pelaksanaan Mubes IV yang jelas serta distribusi dana dan dari mana asal dananya. Apakah dari pihak birokrasi atau swadana? Agar tidak ada pemikiran negatif yang berkembang di lingkungan KM ITS.

Permasalahan ketiga yaitu masih banyaknya mahasiswa KM ITS yang belum mengetahui bahkan membaca hasil dari Mubes IV padahal sudah kurang lebih setengah tahun Keluarga Mahasiswa ITS (KM ITS) menggunakan Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa (KDKM) hasil dari Musyawarah Besar (Mubes) IV KM ITS. Sosialisasi hasil Mubes IV sudah cukup gencar dilakukan di setiap jurusan, akan tetapi menurut berbagai macam sumber yang saya dapatkan yaitu minimnya minat teman-teman mahasiswa di setiap jurusan terhadap hasil Mubes IV ITS. Terbukti dengan sedikitnya minat teman-teman mahasiswa hadir dalam forum-forum diskusi mengenai hasil dari Mubes IV. Kecenderungan ini terjadi hampir di seluruh Jurusan KM ITS. Yang terlihat hanya mahasiswa itu-itu saja yang aktif menghadiri beberapa forum diskusi yang pernah dilaksanakan. Terkesan Mubes IV hanya milik mahasiswa-mahasiswa tertentu saja. Ada berbagai macam sebab yang mungkin mengakibatkan kecenderungan seperti itu misalnya saja pengemasan forum diskusi yang terkesan serius dan membahas hal-hal yang “berat”. Alangkah lebih menarik apabila forum-forum diskusi mengenai hasil Mubes IV ini dikemas secara menarik dan ringan. Mungkin dengan karikatur atau komik agar mahasiswa yang lain lebih tertarik akan hasil dari perjuangan temen-temen penggagas Mubes IV kemarin.


Mubes IV telah selesai, Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa yang lebih relevan telah lahir. Kontribusi yang luar biasa besar telah dilakukan oleh teman-teman penyusun draft Mubes IV (tim Ad Hoc) dengan dukungan yang luar biasa dari seluruh elemen keluarga mahasiswa ITS. Memang tidak mudah melakukan sebuah perubahan transional konstitusi dasar keluarga mahasiswa hasil dari musyawarah besar tiga ke hasil musyawarah besar jilid empat ini. Bukan lagi sebagian kecil mahasiswa yang dibutuhkan, peran serta seluruh mahasiswa ITS dalam mewujudkan Keluarga Mahasiswa ITS yang lebih baik dari sebelumya yang saat ini dibutuhkan. Ironis memang jika kita sebagai anggota keluarga mahasiswa ITS tidak mengetahui apa landasan perjuangan kita sebagai mahasiswa di kampus perjuangan ITS ini. Perlu adanya terobosan-terobosan khususnya bagi teman-teman yang sekarang mendapatkan amanah sebagai eksekutif mahasiswa dalam hal ini BEM ITS untuk lebih mempererat hubungan dengan seluruh elemen Keluarga Mahasiswa ITS agar lebih berperan dan ikut berpartisipasi aktiif dalam forum-forum diskusi pembahasan hasil dari Mubes IV ini. Usaha-usaha sosialiasasi hasil dari Mubes IV ini harus lebih intensif dan aktif dilakukan agar seluruh mahasiswa ITS paling tidak tahu apa yang menjadi landasan dalam kehidupan mahasiswa di kampus ini. Masa depan seluruh elemen Keluarga Mahasiswa ITS dalam hal ini meliputi Himpunan di setiap jurusan, LMB (Lembaga Minat Bakat), serta seluruh Ormawa (Organisasi Mahasiswa) lainya secara langsung bergantung pada hasil Mubes IV ini. Saya secara pribadi sadar sebagai generasi pemegang tampuk kepemimpinan di KM ITS selanjutnya, halangan dan rintangan pasti lebih besar. Pemahaman tentang hasil dari Mubes IV ini sangatlah penting sebagai pijakan kita saat ini maupun dikemudian hari. Evaluasi seperti ini sangatlah penting bagi pelaksanaan Musyawarah Besar di kemudian waktu. Agar kedepannya, pelaksanaan Musyawarah Besar menjadi lebih baik lagi. Hasil mubes IV hanyalah pedoman. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. VIVAT!! Hidup ITS, Hidup ITS, Hidup ITS!!

Senin, 05 Maret 2012

Peci Hitam Tukang Bangunan


Malu mungkin kata yang pas untuk menggambarkan perasaan siang hari tadi. Melihat seorang bapak tukang bangunan yang sudah beberapa minggu terakhir ini mengerjakan pembangunan rumah kos yang berada tepat didepan tetangga sebelah kanan kos-kosan saya.

Siang tadi ketika akan bersiap berangkat ke kampus lebih tapatnya ketika mengunci pintu pagar kos-kosan terlihat seorang bapak tukang bangunan paruh baya dengan wajah segar dan peci hitam di atas kepala yang ditumbuhi rambut yang sudah mulai beruban berjalan melintasi sepeda motor saya dengan senyum mengembang di wajah menyapa. entah mengapa perasaan malu bercampur penyesalan itu muncul secara tiba-tiba dan saya pun menyadarinya. Jujur sudah beberapa hari ini sholat saya kacau. tidak perlu saya jelaskan bagaimana "kacau"nya sholat saya pada saat itu.


Sejenak saya terdiam di atas motor siang itu. Tukang Bangunan paruh baya tersebut luar biasa hebat. di usianya yang terlihat hampir setengan abad, beliau memeras keringat dari pagi sampai sore hari demi memenuhi kebutuhan anak istrinya di rumah. Beliau lebih memilih bekerja keras membanting tulang dari pada hanya menadahkan tangan mengandalkan belas kasihan orang. Dan yang lebih membuat diri saya pribadi luar biasa malu adalah bapak tersebut masih dapat menyempatkan waktunya untuk melaksanakan sholat dhuhur berjama'ah di masjid. Sedangkan saya yang notabennya adalah hanya seorang mahasiswa yang memiliki waktu luang lebih banyak malah hanya membuang kesempatan yang lapang tersebut dengan sia-sia. Menjadikan kesibukan sebagai alasan tanpa kompromi yang sewenang-wenang. Mungkin hari ini, peci hitam tukang bangunan tersebut yang menjadi pengingat ibadah saya. Semoga Allah tetap selalu mengingatkan saya secara pribadi dan kita semua agar tetap berada di jalan kebenaran, Amin.

Minggu, 04 Maret 2012

Sempu dan Kawan Baru


Perjalan di mulai pada hari Jum'at (10/02/2012). Kira-kira pukul 3 siang kita berangkat dari kota Surabaya menuju kota Malang. Lebih tepatnya di Villa Batu (Omahe Rijal). Seperti biasa, berangkat dengan persiapan kurang dari 2 jam dengan Wahyu (baca:Pono), Faisal, Zen, Hilman, Dayat, Lukman, Arik, dan saya sendiri tentunya mengendarai 4 motor meluncur dengan santai di jalanan Surabaya-Malang. Karena santainya waktu yang seharusnya dapat ditempuh sekitar 2 jam, kita tempuh dalam waktu 3 jam lebih (Nyampek Omahe Rijal jam setengah 7an).

Rencana Awal, Sabtu (11/02/2012) pagi sebelum berangkat ke Pulau Sempu kita kumpul terlebih dahulu di Masjid Al Falah MAN 3 Malang. Kita berangkat bareng dengan rombongan teman-temannya Bli (Bli = Rijal, Rijal = Bli). Setelah cukup lama menanti dan menunggu (opo bedane cobak?Hhahah) serta berkenalan dengan teman-temannya Rijal yang Alhamdulillah ada ceweknya akhirnya kita berangkat sebagian sekitar pukul 10 siang. (dadakne, awan nak Malang karo nak Suroboyo podho ae. podho-podho puanas). Kita membagi pemberangkatan menjadi dua kloter (koyok budhal kaji ae, hhehe), karena ternyata masih ada teman-teman yang dari Bandung yang belum datang (sek nak perjalan numpak sepur). Kloter pertama berangkat jam 10 (koyoke jam 10 lebih) dan saya juga ada di kloter itu. Perjalanan sangatlah bervariasi. Mulai jalan aspal datar berdebu sampai jalan naik turun khas perbukitan. Perjalanan menuju Pantai Sendang Biru (Sak durunge nyebrang nak Sempu iku nak Pantai Sendang Biru sek) membutuhkan fisik, konsentrasi, dan kewaspadaan yang luar biasa karena jalan sempit berbukit dengan jurang yang kadang di sebelah kanan jalan atau di kiri jalan.


Sampai di Pantai Sendang Biru, Malang pada pukul 12.30 beristirahat sebentar sambil menunggu teman-teman kloter 2. Pantai pasir putih dengan semilir angin khas pantai yang sepoi-sepoi Sendang Biru sedikit mengobati kelelahan kami. hingga sekitar setengah jam kemudian, rombongan kloter 2 sampai juga di sendang biru. Setelah berkumpul, kami langsung membagi tugas untuk menyewa perahu, mengurus perizinan penyebrangan ke pulau sempu, dan membeli ikan di TPI Sendang Biru yang rencananya untuk dimasak di Pulau Sempu. Pada saat perizinan, kami diperingatkan untuk selalu berhati-hati karena seminggu sebelum kami ke Sempu

Sekitar pukul 2 siang, setelah segala sesuatunya siap. Akhirnya kami berangkat dengan menggunakan dua buah perahu nelayan (koyok'e). Tidak sampai 15 menit, perahu sudah sampai di pinggiran pantai pintu masuk Pulau Sempu yaitu Teluk Semut (hasil browsing). Tujuan kita adalah Pantai Segara Anakan di Pulau Sempu. Perjalan pun dimulai. tidak lupa briefing dan berdo'a. Cuaca Siang itu berawan.


Pertama kali masuk hutan mangrove, kami langsung disambut dengan jalan berlumpur pekat, Maklum saja karena bulan februari masih terhitung musim penghujan, sehingga lantai hutan penuh dengan lumpur. Perjalanan awal didominasi oleh tanaman mangrove dengan akar napasnya yang mengendus-endus (hhahaha) dengan lantai hutan, karang berlumpur. Perjalanan begitu melelahkan, menguras energi, waktu, dan merusakkan sandal-sandal dan sepatu kami. hingga akhirnya sebagian dari kami memutuskan untuk berjalan tanpa alas kaki (baca:ngebak, nyeker) dan imbasnya adalah telapak kaki kami banyak yang robek atau paling tidak luka (baca:beret, beset). Perjalanan kami saat itu sangatlah menguras waktu hingga malam menyelimuti hutan sehingga kami terpaka merangkak perlahan-lahan dengan hanya menggunakan lampu senter sebagai alat penerangan. Medan yang semakin sulit dengan dinding-dinding tebing karang disebelah kira dan terdapat jurang dibagian yang lain. Meskipun terasa letih dan lelah namun semangat yang diberikan teman-teman saat itu menciptakan energi baru yang luar biasa. dan akhirnya dengan perjuangan dan usaha yang luar biasa keras kita sampai di Pantai Segara Anakan sekitar pukul 8 malam.

Disambut dengan nyanyian teman-teman kelompak lain yang sudah terlebih dahulu sampai disana kami bergabung di pantai pasir putih yang sudah terlihat indah meskipun dengan penerangan yang relatif minim. Saya pribadi langsung sujud syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Sempurna di pasir Pantai Segara Anakan. Sungguh Indah ciptaan Allah yang satu ini. Kami semua langsung membersihkan diri dari lumpur di air laut yang menggenang di Segara Anakan pada malam itu.


Teman-teman yang lain langsung mendirikan tenda dan mempersiapkan makan malam. Maklum karena kami sudah tidak bisa lagi kompromi atas rasa lapar saat itu. Beruntung saat itu ada enam cewek (baca:mbak rila, mbak,alin, mbak dina, mbak marlina, meutia, mbak bandung) baik di rombongan kami yang membuatkan makan malam bagi kami semua. Asal kalian tahu, ini merupakan menu makanan yang paling enak yang pernah kami makan di alam terbuka, sebelumnya di Gunung Panderman dan Gunung Penanggungan kami hanya makan mie instan. itupun harus berbagi dengan monyet-monyet liar. (hhehehe). Setelah makan malam kami sejenak menikmati suasana malam dengan langit penuh bintang yang terkadang tertutup awan merah. dengan hempasan ombak ringan menyapu bibir pantai, tenang, riang, gembira, dan puas dapat merasakan butir-butir pasir pantai yang terhampar.


Minggu (12/02/2012) subuh, kami sudah bangun, sebagian dari kami tak lupa melaksanakan sholat shubuh beralaskan jas hujan yang kami bawa kemarin. suasana damai pagi hari di Pantai Segara Anakan dengan airnya yang surut membuat kami dapat berjalan hingga ke tengah laguna indah ditemani sekumpulan ikan-ikan kecil yang mungkin sedang bermain di pagi itu. ada juga yang bemain bola di pingiran pantai berpasir putih. dan yang lainnya menyiapkan sarapan.

Sarapan jadi, kami makan bersama-sama makanan yang luar biasa enak (pada saat itu lapar) yang dibuat oleh mbak rila, mbak,alin, mbak dina, mbak marlina, dan meutia. Sehabis sarapan kami melanjutkan menikmati pemandangan yang luar biasa indah. Sebagian dari kami yaitu mas baihakki, bli, lukman, jalBe, ahong, ardi, ulul, arik, dan kawan-kawan yang lain bersnorkling ria di laguna Segara Anakan yang luar biasa jernih hingga kurang lebih pukul setengah sebelas kami selesai bermain, beres-beres tenda dan barang-barang yang lainnya dan setengah jam kemudian kami meninggalkan Segara Anakan dengan kesan yang begitu luar biasa dan takjub atas kuasa Allah Yang Maha Pencipta untuk kembali ke Teluk Semut .


Perjalan kembali ke Teluk Semut tidak sesulit waktu berangkat kemarin. Karena lantai hutan yang lumpurnya telah sedikit mengering. hanya butuh sekitar 4 jam, kami akhirnya sampai di tempat penjemputan oleh perahu nelayan untuk dibawa membawa kami ke Pantai Sendang Biru. Sesampainya di Pantai Sendang Biru kami langsung bersiap-siap untuk kembali ke Kota Malang untuk beristirahat. Dan sekitar pukul 8 malam kami akhirnya sampai di Kota Malang.


Perjalanan ke Pulau Sempu kali ini sangatlah luar biasa, banyak sekali yang saya secara pribadi dapatkan mulai dari pelajaran hidup sampai mendapatkan teman-teman baru.
Sempu, Luar Biasa!!










BIAYA
Tiket masuk Sendang Biru      Rp 5.500,00
Tiket masuk Pulau Sempu       Rp 20.000,00
Sewa kapal                               Rp 100.000,00 per 10-12 Orang
Parkir                                        Rp 10.000,00 per Sepeda Motor, per Hari
Estimasi Bahan Bakar              Rp 30.000,00 dari Malang ke Sendang Biru PP


TIPS
Bawa air yang banyak karena di Segara Anakan tidak ada air tawar
Hindari ke tempat ini saat musim hujan, trek jadi sangat licin dan berbahaya.
Kalau mau kemping, jangan pasang tenda terlalu dekat dengan laut, karena malam hari laut pasang
Perhatikan jam masuk ke Pulau Sempu:
o   Bagi yang tidak bermalam: jam: 06.00 s/d 12.00. (diatas jam:12.00 dilarang masuk)
o   Bagi yang akan bermalam: jam: 06.00 s/d 16.00. (diatas jam:16.00 dilarang masuk)