Minggu, 25 Maret 2012

Pengabdian Masyarakat, Pergerakan Konkret Mahasiswa


Sudah sejak duduk di bangku Sekolah Dasar saya bercita-cita melanjutkan pendidikan tinggi saya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS) Surabaya. Tidak mudah memang untuk masuk di ITS. Pernah tidak diterima ketika mendaftar PMDK pada saat itu, tidak menyurutkan keinginanku untuk dapat melanjutkan pendidikan tinggi saya di kampus perjuangan ini. Usaha serta keyakinan untuk menjadi bagian dari kampus perjuagan ini tidaklah kecil. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti jalur SNMPTN dengan persaingan memperebutkan bangku kuliah yang luar biasa ketat. Setelah beberapa bulan kemudian, akhirnya pengumuman penerimaan mahasiswa baru ITS diumumkan dan Alhamdulillah ada nama saya disana. Perasaan bahagia bercampur haru menyelimuti hati saat itu. Kedua orang tua juga sangat bahagia melihatku saat itu, pelukan dan pujian rasa syukur kepada Tuhan terus terucap. Dan sejak saat itu saya bertekad untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang luar biasa itu untuk melakukan yang terbaik.

Sekarang sudah hampir dua tahun saya menjadi anggota dari Keluarga Mahasiswa ITS. Saat ini saya aktif menjadi staff Departemen Sosial Masyarakat Himpunan Mahasiswa Teknik Kelautan (Himatekla) periode 2011-2012. Ada beberapa alasan yang membuat saya menjadikan Departemen Sosial Masyarakat ini sebagai pilihan utama saya saat open recruitment pengurus baru Himatekla 2011-2012. Pertama, saya sangat tertarik dengan salah satu tri dharma pendidikan di Indonesia yaitu pengabdian. Pikiran saya terbuka saat pertama kali membaca masalah tri dharma pendidikan terlebih pada kalimat terakhir yaitu pengabdian terhadap masyarakat. Saya lalu sadar, ternyata tugas mahasiswa bukan hanya belajar, belajar, dan belajar. Ada hal yang menurut saya sama pentingnya dengan belajar yaitu pengabdian. Saya bertambah sadar ketika mengikuti GERIGI (Gerakan Integralistik ITS) pada saat menjadi mahasiswa baru ITS. Saat itu saya mendapatkan materi tentang peran fungsi mahasiswa serta wawasan kemahasiswaan. Disana saya mengambil kesimpulan bahwa pengabdian kepada masyarakat merupakan tindakan yang paling nyata dari semua pergerakan yang dilakukan mahasiswa. Apalagi saat ini saya berkuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang berlabel Negeri (dikelola oleh pemerintah). Uang SPP yang kita bayarkan tidak akan mencukupi untuk biaya keseluruhan pendidikan yang kita dapatkan. Dana subsisdi pendidikan yang di gelontorkan oleh pemerintah pusat melalui APBN hingga saat ini sudah 20 % dari anggaran belanja Negara. Dana yang luar biasa besar. Ada uang pajak tukang becak disana, ada uang pajak fakir miskin disana, ada uang pajak masyarakat disana. Maka dari itu menurut saya pengabdian masyarakat merupakan tindakan nyata kita untuk paling tidak “berbalas budi” kepada masyarakat. Alasan yang kedua yaitu nasihat dari orang tua saya yaitu jadilah orang yang paling bermanfaat bagi banyak orang. Menurut saya sudah jelas kalimat itu. Ada kata “bermanfaat” disana yang dapat diartikan membantu dan menolong sesama. Dalam ajaran agama Islam, Nabi Muhammad pernah bersbda bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.


Dalam departemen sosial masyarakat Himatekla ini ada beberapa program kerja yaitu Sekolah Rakyat Himatekla, Gerakan 1000 buku, Himatekla Tanggap Bencana, dan lain sebagainya. Saya bertanggung jawab atas program kerja Himatekla tanggap bencana. Suatu program kerja yang memang saya ingin belajar didalamnya. Berawal dari musibah kebakaran di Keputih pada tanggal 23 Agustus 2011, saat itu merupakan pengalaman pertama kali saya terjun langsung ke lapangan. Kebetulan saat itu merupakan saat liburan semester. Saat itu kami langsung berkoordinasi dengan BEM ITS untuk melakukan pendataan awal dengan sumber daya manusia yang terbatas. Tidak hanya melakukan pendataan awal korban kebakaran saja, saat itu kami juga berusaha melakukan penggalangan dana untuk memenuhi kebutuhan pengungsi yang sebagian besar berprofesi sebagai pemulung barang bekas serta melakukan distribusi bantuan kepada para pengungsi korban kebakaran saat itu. Kami berada di pos bantuan kebakaran keputih hingga sebagian besar korban tersebut dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing karena kebanyakan mereka adalah pendatang.


Pengalaman selanjutnya yaitu saat terjadi kebakaran di mulyosari. Kebanyakan korban kebakaran adalah pendatang dari luar kota Srabaya dan berprofesi sebagai pemulung. Belajar dari pengalaman Musibah Kebakaran di Keputih kemarin. Kali ini koordinasi Kementerian Sosial Masyarakat BEM ITS dengan elemen KM ITS lain lebih baik. Pembagian kerja yang jelas mempercepat penanganan yang dilakukan untuk korban kebakaraan saat itu. Saat itu kami bersama teman-teman mendapat bagian trauma healing bagi korban kebakaran, khususnya korban kebakaran anak-anak. Suatu pengalaman yang mungkin tidak akan pernah saya lupakan yaitu saat kami bercengkrama dengan adik-adik korban kebakaran yang tidak terlihat sedih. Kami selalu mencoba menghibur adik-adik saat itu dengan mengadakan layar tancap (nonton film bersama). Terlihat raut wajah adik-adik yang senang melihat film yang kami putar. Bercanda seola-olah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Hal yang membuat saya belajar untuk selalu optimis saat menghadapi segala macam rintangan.


Masih banyak adik-adik kita yang tidak seberuntung kita dulu. Mereka kesulitan dalam belajar, buku-buku bacaan dan buku-buku pelajaran yang terbatas, serta kurangnya pelajaran moral dan etika berkehidupan masyarakat. Hal ini yang membuat kami Departemen Sosial Masyarakat Himatekla ITS berinisiatif membuat program kerja Sekolah Rakyat dan Gerakan 1000 buku. Ikut bergabung dengan tim Sekolah Rakyat dan menjadi tentor mengajar adik-adik di Kalisari, Mulyosari merupakan pengalaman pertama saya menjadi “pengajar”. Menularkan ilmu yang kita miliki untuk adik-adik di Sekolah Rakyat ini sungguh pengalaman yang luar biasa. Apalagi antusias adik-adik disana yang cukup besar. Kami paksa mereka membangunkan mimpi-mimpi mereka yang mungkin sebelumnya tertidur, kami paksa mereka percaya diri dan yakin bahwa impian itu pastii bisa diraih. Pelajaran yang sangat luar biasa.

Pengabdian kepada masyarakat merupakan tindakan nyata yang Insya Allah sampai saat ini dan seterusnya akan saya perjuangkan. Karena menurut saya, pengabdian masyarakatlah tindakan yang paling nyata dari segala pergerakan mahasiswa yang ada sampai saat ini. Semoga pergerakan saya dapat menghadirkan ITS di lingkungan masyarakat. Saya yakin pasti masih banyak rakyat diluar sana yang membutuhkan tindakan nyata kita. Mereka tidak butuh hanya ucapan, yang mereka butuhkan adalah aksi nyata dari kita sebagai Mahasiswa sang Pengabdi Masyarakat. VIVAT!!

3 komentar:

  1. Yap benar sekali dek. Moga tercapai targetannya... VIVAT :D

    BalasHapus
  2. Amin, Insya Allah mbak, mohon bimbingannya..

    BalasHapus
  3. doni sahabatku.. tindakan nyata
    :D

    BalasHapus